WELCOME TO MY BLOG

Jumat, 16 Oktober 2009

TOTALITAS PERJUANGAN


Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

- Reff :
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta

Rabu, 14 Oktober 2009

Berhenti dan Lihat yang Baik


BERHENTI & LIHAT YANG BAIK
Jakarta, 30 September 2009
Klontang...klontang ...klonteng. ...,bunyi botol kaleng bekas minuman ringan membentur jalan aspal dan rupanya bukan jatuh namun sengaja dibuang oleh pemiliknya karena sudah habis isinya. Lemparan kaleng tersebut rupanya dilempar sengaja mengarah ke sudut tertentu - sambil berlalu dengan kendaraan roda duanya. Tempat yang dituju oleh pemilik kaleng kosong tersebut adalah mendekati seorang pemulung yang sedang berjalan sambil memperhatikan sekitarnya - berharap ada sesuatu barang yang dibuang pemiliknya yang masih dapat dimanfaatkan olehnya.
"Woy..."! teriak pemulung tersebut. "Liat-liat dong buang sampah...buta apa?", lanjutnya. Sementara pemilik kaleng tersebut hanya menoleh dari atas motornya & segera melanjutkan perjalannya sambil mengangkat tangan sebagai tanda permintaan maafnya.
Pemulung tersebut mulai mencari tahu benda apa yang dilempar orang tsb ke arahnya. Dia mulai berhenti berjalan, melihat ke kiri, ke kanan, memutar badan ke kiri dan memutar badan ke kanan semata hanya untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Bahkan dia sampai harus menanyakan orang yang kebetulan dekat dengannya apa dan ke mana jatuhnya benda yang dilempar ke arahnya itu. "Itu tuh Pak jatuh ke selokan,"ujar sesorang lelaki yang sedang membuka gembok pintu warungnya yang baru akan dibuka pagi itu.
Pemulung tersebut bergegas menuju selokan sesuai arah yang ditunjuk oleh lelaki tersebut dan mendapatinya sebuah kaleng bekas botol minuman ringan yang berwarna biru tersangkut diantara sampah. Segera dia melepaskan gendongan besar yang berada di punggungnya, meletakannya di atas trotoar dan sementara dirinya berjongkok hingga lututnya menyentuh trotoar dan mulai menggunakan kaitan besi yang dibawanya untuk meraihnya. Sedikit aga sulit untuk meraih kaleng tersebut, namun usaha pemulung tersebut membuahkan hasil juga dan berhasil mendapatkan kaleng bekas minuman tersebut dan dimasukannya ke dalam keranjangnya. Kemudian pemulung tersebut pun pergi melanjutkan perjalanannya mencari rezeki hari itu.
Saya yang memperhatikannya dari awal kejadian itu, berkali-kali berucap syukur pada Tuhan (Alloh SWT) atas pelajaran yang diperlihatkanNYA dari peristiwa tesebut. Ada keyakinan dalam diri saya (InsyaAlloh benar) bahwa pengendara sepeda motor tersebut memang sengaja membuang kaleng bekas minuman ringannya itu ke arah pemulung agar dapat dimanfaatkan oleh pemulung tersebut sebagai bagian dari rezekinya hari itu. Padahal bisa saja pengendara motor itu membuangnya langsung ke selokan, atau ke tempat sampah yang ditemuinya di perjalanannya atau membuangnya ke sembarang arah. Tapi itu semua tidak dilakukannya dan Tuhan (Alloh SWT) lah yang menggerakan pengendara motor tersebut agar memberikan kaleng bekas minuman tersebut ke pemulung itu.
Sementara sang pemulung tidak menyadari bahwa dia sedang mendapatkan rezeki, namun malah marah dan mengupat pengendara motor itu. Sang pemulung hanya bereaksi spontan yang mungkin didasarkan atas perasaan "jadi orang kecil", atau mungkin kemarahan karena tidak dihargai orang lain, atau kekecewaan akan nasib hidupnya yang kurang beruntung, atau masalah yang sedang dihadapinya dan atau banyak kemungkinan- kemungkinan lainnya yang jadi alasan dari reaksinya itu (dan mungkin kita juga akan berbuat hal yang sama seperti sang pemulung tersebut dan mungkin juga dengan berbagai alasan yang sama dengan pemulung tersebut).
Beruntung sang pemulung berhenti dari kondisi tersebut (sebenarnya dikarenakan juga oleh pengendara motor tsb yang lebih memilih pergi & tidak meladeni makian sang pemulung) - yaitu kondisi dimana dia masih meributkan lemparan ke arahnya dan perasaan-perasaanny a yang terpicu akibat lemparan tersebut (kesulitan). Sang pemulung mulai mencari tahu apa yang di lemparnya dengan proses pembelajaran di dalamnya (sang pemulung harus tengok kiri, tengok kanan dan bahkan bertanya pada orang lain) dan setelah mengetahuinya - justru apa yang dimakinya malah memberikannya keuntungan (kemudahan) yaitu dia mendapatkan sebuah kaleng kosong yang dapat dia manfaatkan meskipun dia harus sedikit usaha untuk mendapatkannya (kesulitan).
Terakhir.... (dan ini yang sering kita melupakannya) sang pemulung pergi begitu saja dengan raut muka yang datar, biasa-biasa saja, tanpa perasaan bahagia dan tanpa terucap sedikit syukur atas rezekinya - seolah ini adalah hasil usahanya sendiri. Seolah-olah tidak ada campur tangan orang lain dalam rezeki yang didapatnya dan seolah-olah Tuhan (Alloh SWT) tidak menggerakan "KuasaNYA" sehingga rezekiNYA dapat sampai pada sang pemulung itu dengan baik dan bukan ke pemulung yang lain.
Sepertinya sang pemulung masih merasa marah & kesal atas perlakuan pengendara motor itu. Padahal....itulah rahasia Tuhan (Alloh SWT) yang Maha Tahu dengan cara bagaimana DIA berkomunikasi dengan hambaNYA. Sebuah rahasia yang berisi ujian kesulitan dan kemudahan dalam satu paket untuk hambaNYA yang mau "berhenti dan melihat yang baiknya saja".
"Kaya itu bukanlah banyak harta benda, tetapi kaya ialah kaya hati (HR. Bokhori/Muslim) "

Minggu, 04 Oktober 2009

Ratapan Seorang Pemuda Indonesia


Mereka disana kehilangan Ayah
Mereka disana kehilangan Ibu
Mereka disana kehilangan Kakak
Mereka disana kehilangan ADik

Mereka Disana kehilangan Tempat Tinggal
Mereka disana Kelaparan
Mereka disana Kedinginan
Mereka disana Kesakitan

Apakah kita hanya jadi PENONTON
APakah kita hanya jadi PEMBACA
Apakah kita hanya jadi PENDENGAR
Apakah kita hanya TERDIAM BISU SERIBU BAHASA


Bayangkan bagaimana kita menjadi mereka
Bayangkan bagaimana kita kehilangan Sanak Saudara
Rasakanlah Kepedihan mereka kawan
Rasakanlah Kesedihan mereka kawan

Derita Mereka Derita kita juga
Bantuan kalian sangat Berarti bagi mereka

Niat Tulus Ikhlas Berbagi
Ringankan Kisah Pahit mereka
ku Mohon Ulurkan Tangan kalian kawan



AHMAD SAFWAT'
MID 09
Untuk korban Gempa Jawa Barat, SUMBAR dan Jambi

Senin, 21 September 2009

Puisi Seorang Pemuda Untuk Negrinya Tercinta


Puisi Seorang Pemuda Untuk Negri Tercinta


Indonesia Tanah Airku tercinta
Orang Bilang Tanah Kita Tanah Surga
Negri yang kaya akan aneka burung dan ikan
Juga kaya akan aneka jenis pohon

Namun kini
aku tak lagi heran

nusantara ini dipenuhi lautan sampah

disana-sini sering aku memandanginya

Air danau penuh dengan sampah berserakan
Oksigen terasa terus berkurang
Oh Ibu Pertiwi
Sedih nian nasibmu kini

Wahai Pemuda Indonesia
Ayo terus melangkah demi mengubah Bangsa menjadi lebih baik
Satu langkah kecil yang kalian lakukan bisa sangat berarti bagi lingkungan
Hujamkan semangat Go green Indonesia

Think Globally
Act Locally
Hidup Mahasiswa
Hidup Rakyat Indonesia


Ahmad Safwat _MID-09

Senin, 31 Agustus 2009

IKRAR OKK UI 2009


IKRAR KAMI


Betapa inginnya kami katakan, bahwa kami percaya, apa yang kami lakukan pada hari ini adalah sesuatu yang berarti bagi bangsa ini.


Kekuatan-kekuatan pada diri kami ingin sekali kami himpun dan curahkan untuk terus melangkah maju demi mengubah bangsa ini menjadi lebih baik.


Satu langkah kecil yang kami lakukan hari ini, kami percaya akan menghasilkan perubahan besar dan berarti bagi lingkungan kami


Kami, sebagai mahasiswa UI, berjanji akan terus menanamkan dalam diri kami untuk menjaga lingkungan kami, demi tercapainya keberlangsungan lingkungan ini


Dan kami berjanji untuk terus maju mengubah bangsa ini

Satu hal yang ingin kami hujamkan dalam diri kami


Think Globally

Act Locally

Sabtu, 27 Juni 2009

Ayo buat Surat Izin Mengemudi Sendiri!!


Anak remaja di Jakarta sekarang udah pada bawa kendaraan bermotor ke kampus ataupun ke sekolahan, tapi apakah mereka sudah punya Surat Izin Mengemudi alias SIM?..jawabnya,ada yang sudah ada yang belum. Nah, bagi yang belum ayo buat SIM karena menaati peraturan yang berlaku adalah wajib hukumnya tapi buatnya tanpa pake calo yee..“ Ah buat SIM pake calo aja “,mungkin pikiran lo seperti itu. Weitts jangan salah, sekarang buat SIM gak bisa pake karena CALO sudah dibumihanguskan dari pekarangan SAMSAT Daan Mogot ( kecuali lo punya kenalan orang dalem alias orang yang kerja di dalam SAMSAT) hhe. Nih, gw kasih tau gimana caranya mengurus SIM sesuai prosedur yang berlaku. Pengurusan SIM baru untuk wilayah Jakarta, cuma bisa dilaksanakan di SAMSAT Daan Mogot, Jakarta Barat.

Pertama lo harus menyiapkan dari rumah yaitu 3 lembar fotokopi KTP, Bolpen, Pensil 2B, penghapus karena kalau disana harganya lebih mahal dari pasaran.Terus setelah sampai parkiran lo langsung menuju loket kesehatan samping Masjid atau kantin untuk melakukan tes kesehatan, lo harus kasih selembar fotocopy KTP sama bayar administrasi 10.000 Rupiah, tes kesehatannya simpel, cuma menatap tembok yang ada huruf besar sampai kecil aja. Next, lo lanjut ke gedung seberang tempat parkir lalu masuk langsung menuju loket asuransi untuk mengurus asuransi kecelakaan diri pengemudi dari Asuransi Bhakti Bhayangkara disini lo bayar 15.000 rupiah. Setelah itu lo ke loket administrasi SIM baru, lo nanti isi formulir terus membayar Rp75.000 sebagai biaya administrasi pembuatan SIM. Selanjutnya lo langsung masuk ketempat ujian tertulis, lo bakal dikumpulin dikelas terus suruh kerjain soal soal yang diberikan Pak Polisi. Ingat perhatikan instruksi yang diberikan oleh Pak Polisi ya sebelum mengisi soal dan dijamin percuma nyontek karena soalnya ada 6 seri berbeda.Soalnya terdiri dari 30 soal. Setelah itu lanjut ke ujian praktek, untuk bisa ujian praktek lo harus lulus ujian tertulis minimal benar 18 soal. Kalo nggak lulus bisa ngulang 2 minggu lagi kok gratis. Buat yang lulus langsung menuju lapangan tempat ujian praktek, disana lo bakalan dibantu oleh pak polisi baik hati, perhatikan instruksi apa yang harus dilakukan untuk ujian praktek. Abis lo ujian praktek dan lulus( kalo gak lulus bisa ngulang 2 minggu lagi gratis), langsung menuju tempat foto, kemudian menuju tempat menunggu untuk mengambil SIM baru dehhh gratis minum loh ditempat menunggunya hhe..

Hha, jadi udah tau kan gimana ngurus SIM , emang gak simpel kayak pake calo yang tinggal nunggu langsung jadi. Tapi ini justru bagus, melatih kita membuang sifat malas yang berujung pada KKN. Kalo pake calo kapan kita punya pengalaman dan mau bebas dari KKN, apa kata dunia?!! Yang kedua kalo kita memang belum mampu membawa kendaraan bermotor ya jangan, karena buat SIM memang ditujukan untuk orang yang sudah bisa menggunakan kendaraan bermotor dengan baik, hhe.. ingat, peribahasa bersusah susah dahulu bersenang- senang kemudian. Bersusah susah dahulu untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. (aat)

Nasib Pengibar Sang Saka Merah Putih Pertama Kini


Jakarta - Di usianya yang ke-81, pria sepuh itu masih tetap menikmati hidupnya di pinggir rel Kalibata, Jakarta Selatan. Pria yang kini menderita stroke mata itu seharusnya bisa hidup lebih layak. Sebab, pria bernama Ilyas Karim adalah pelaku sejarah penting. Dialah pengibar pertama Sang Saka Merah Putih pada 17 Agustus 1945 lalu.


Anda tentu pernah melihat foto upacara pengibaran Bendera Merah Putih pertama kali di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta Pusat. Di foto itu tampak dua orang pengibar bendera yang dikelilingi oleh Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Ibu Fatmawati, dan Ibu Rahmi Hatta. Pemuda pengibar bendera yang bercelana pendek itulah Ilyas Karim.

Saat ini Ilyas tinggal di sebuah rumah sederhana di Jl. Rawajati Barat, Kalibata, Jakarta Selatan, bersebelahan dengan rel kereta api. Saat ditemui detikcom, Selasa (12/8/2008) kemarin, Ilyas masih tampak bugar. Meski gerak badannya tidak segesit dulu, namun dia tidak tampak bungkuk ataupun tergopoh ketika berjalan.


Ilyas menceritakan pengalamannya sebagai pengibar bendera Merah Putih pertama di republik ini. Waktu itu, Ilyas adalah seorang murid di Asrama Pemuda Islam (API) yang bermarkas di Menteng Jakarta Pusat. Malam hari sebelum dibacakan proklamasi kemerdekaan RI, Ilyas beserta 50-an teman dari API diundang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur No. 56."Katanya ada acara gitu," tutur Ilyas.


Saat berkumpul di rumah Soekarno itulah Sudanco (Komandan Peleton) Latief menunjuknya untuk menjadi pengibar bendera di acara proklamasi kemerdekaan keesokan harinya. Satu orang pengibar yang lain yang ditunjuk adalah Sudanco Singgih, seorang tentara PETA. "Saya ditunjuk karena paling muda. Umur saya waktu itu 18 tahun," kata Ilyas.


Ilyas menceritakan pengalaman itu dengan penuh semangat. Matanya yang harus diplester agar tidak terpejam tampak berbinar. Ilyas memang menderita stroke mata. Dokter menganjurkannya untuk memlester kelopak matanya agar tidak terpejam. Sudah berbagai upaya pengobatan ditempuhnya namun belum juga membuahkan hasil.Meski dengan sakitnya itu, Ilyas tetap aktif beraktivitas.


Sejak tahun 1996 dia menjabat sebagai Ketua Pengurus Pusat Yayasan Pejuang Siliwangi Indonesia yang memiliki cabang di 14 propinsi, antara lain di Medan, Riau, Jambi, Palembang, Banten, dan Ambon."Saya akan diganti tahun 2009 nanti," kata Ilyas.Yayasan itu sendiri bergerak di bidang sosial. Kegiatannya antara lain penyantunan anak yatim, pembangunan rutempat ibadah, dan penyantunan orang jompo.


Ilyas lahir di Padang, Sumbar. Dia sekeluarga baru menetap di Jakarta pada 1936. Ayahnya dulu seorang camat di Matraman. Di zaman penjajahan Jepang, ayahnya dibawa ke Tegal dan dieksekusi tentara Jepang. Sejak saat itu, Ilyas menjadi yatim. Setelah pengibaran Sang Saka Merah Putih itu, Ilyas kemudian menjadi tentara.


Pada 1948, Ilyas dan sejumlah pemuda di Jakarta diundang ke Bandung oleh Mr Kasman Singodimejo. Di Bandung, dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kesatuan tentara ini kemudian ini nama Siliwangi. Nama Siliwangi merupakan usul dari Ilyas. Sebagai tentara, Ilyas pernah diterjunkan di sejumlah medan pertempuran di berbagai daerah, termasuk ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di Libanon dan Vietnam.


Pada 1979, Ilyas pensiun dengan pangkat letnan kolonel. Kehidupannya mulai suram, karena dua tahun kemudian dia diusir dari tempat tinggalnya di asrama tentara Siliwangi, di Lapangan Banteng, Jakpus.

Sejak saat itu hingga saat ini dia tinggal di pinggir rel KA. (sho/asy)Shohib Masykur - detikNews


"HARGAILAH PARA PAHLAWANMU JIKA KAMU MENGHARGAI NEGARA DAN DIRIMU"

AHMAD SAFWAT

Tulisan Seorang Pemuda Indonesia


MERAH PUTIH DAN KEDAULATAN NKRI adalah harga mati bung.!!


Jangan sampai NKRI dipermainkan dan diusik oleh negara asing yang mau mencaplok kedaulatan...

Tembak peringatan..

masih bandel tembak peringatan ke 2.

masih nakal juga sesuai HUKUM INTERNASIONAL..

warning by radio jika diindahkan lalu kirim pesan perang.!!


Rapatkan barisan tentaraku angkat sejatamu

disini kuangkat cangkul dan garpuku demi bangsaku, majulah tentara aku mendukung dibelakangmu


Wahai bapak Presiden dan jajaran pemimpin lainnya tolong ambil langkah tegas, kasihan prajurit di lapangan sudah gregetan pengen nembak tp ga bisa2 gara2 protap..


PERTAHANKAN KEDAULATAN NKRI SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN..

JAYA-JAYALAH TNI, RAKYAT AKAN MEMBANTU KALIANJIKA IBU PERTIWI MEMANGGIL....

Rabu, 17 Juni 2009

Jeritan Seorang Pemuda Indonesia


Apalah arti negara ini tanpa sebuah kedaulatan..


wahai pemerintah, jangan kau diam lagi..

kami tak sanggup menahan terus menerus dilecehkan oleh negara tetangga

sungguh jiwa ini tak tenang melihat kedaulatan NKRI dan kebebasan warga negara Indonesia terus diusik oleh negara tetangga...


Ya Allah berikanlah jalan kepada Bangsa ini untuk lepas dari provokasi asing..aminn...

Ya Allah berikanlah kami kekuatan meghadapi cobaan ini...amiinn

Ya Allah berikanlah kami kesabaran dalam mengadapi cobaan ini aminnn


Mudah2an masalah Ambalat bisa diselesaikan secara damai amiinn

tapi seandainya tidak dapat melalui jalan damai..

Mari kita bersatu padu..kibarkan semangat juang 45 mu...

Niatkan dalam hati,kita berjuang untuk melawan tindakan zhalim dari negeri tetangga(mempertahankan kedaulatan),bukan untuk melakukan agresi..


Ingat Kedaulatan adalah harga mati!!!


Minggu, 31 Mei 2009

Good bye my friend


Hari Jum'at 29 Mei 2009, sekitar pukul 3.15 pagi
Gw bersiap hari ini akan ditinggal pergi oleh seorang teman, sahabat, Kakek gw Jasmani Ali alias Aman( topi hijau PPP) ke Jambi...
Dia adalah seorang teman yg menurut gw cukup baik walopun kdng suka membuat kesal...
good bye bro...gw akan selalu ingat kenangan mulai dari gw kecil sampai sekarang...
waktu gw kecil lo ngajarin gw main bola, jalan2 ke senayan, jalan ke ITC, kita bermain PS2 bersama tahun baru 2009 sampe akhirnya rusak lalu membetulkannya hujan2an, pulang dari rumah Om Upik ujan2an, kampanye bersama anak2 paska 45, pergi ke rumah pak Rw dan kelurahan bersama, pergi nge cek TPS bersama...nongkrong di wartel dan warteg bersama...pokonya cukup banyak kenangan gw bersama Teman ,sahabat dan Kakek gw ini......
Nonton ke bioskop hhaaa makan malem makan siang di rumah, sms lo yg mengingatkan agar gw dan mia jgn pulang malem...sebuah kenangan euyyy
Foto diatas gw gak nyangka itu adalah foto yang memang bener2 akan menjadi yg terakhir dan memang satu2nya foto yg ada gw ama lo, sebuah foto perpisahan...
Terima kasih bro...mudah2an kita bisa bertemu kembali di lain waktu....
sms terakhir lo saat masih di Jakarta kepada anak2 DM dan Paska 45:
"met, berjuang kwn, kobarkan smangat 45 mu! jaga ank2 dr godaan monon!j..."
Insya Allah akan selalu gw ingat....
sekali lagi dengan dada membusung dan pandangan tegap gw ucapkan juga
good bye Jas, you are the best Friend!
good bye my friend...


Senin, 18 Mei 2009

Belajar Politik pada K.H Idham Chalid

Belajar Politik pada KH. Idham Chalid



Sunday, 23 March 2008

Judul Buku: Idham Chalid, Guru Politik Orang NU
Penulis: Ahmad Muhajir
Penerbit: Pustaka Pesantren Jogjakarta
Cetakan: Pertama, Juni 2007Tebal: xx + 169 halaman
Peresensi: Titik Suryani*

Tak bisa disangkal, Idham Chalid adalah sosok kontroversial dalam sejarah perpolitikan Nahdlatul Ulama (NU). Ia dianggap sebagai politikus yang tidak memiliki pendirian, mementingkan diri sendiri (egois), dan banyak merugikan kepentingan umat. Bahkan, sikap politiknya yang—dianggap—selalu mengambang di atas dan sering lebih menguntungkan pihak penguasa, membuat dirinya mendapat julukan ‘politikus gabus’ dari Gerakan Pemuda Ansor--organisasi sayap pemuda NU.

Benarkah semua asumsi itu? Buku ini secara jeli berusaha menguak sisi ruang batin Idham Chalid yang tidak terekam oleh ‘sejarah resmi’. Ahmad Muhajir, dalam buku ini, berupaya mengungkap apa yang disebut Urvashi Butalia sebagai ‘sisi balik senyap’ (the other side of silent), yakni berbagai hal tentang Idham yang riil dan hidup di tengah masyarakat, namun tidak dianggap penting sehingga tidak ter(di)suguhkan kepada kita. Berbeda dari persepsi umum yang berkembang di masyarakat mengenai gerak langkah ‘politik abu-abu’ Idham, buku ini mengangkat ‘sisi senyap’ di balik gerakan politik Idham. Melalui buku ini, penulis menelisik lebih jauh ruang terdalam manusiawi seorang tokoh kelahiran Kalimantan Selatan 85 tahun silam tersebut.

Sebagai seorang tokoh NU, Idham memainkan dua lakon berbeda, yakni sebagai ulama dan politisi. Sebagai politisi, ia melakukan gerakan strategis, kompromistis, dan terkesan pragmatis. Sebagai ulama, ia bersikap fleksibel dengan tetap tidak terlepas dari jalur Islam dan tradisi yang diembannya. Ia telah berusaha keras mengupayakan terbentuknya kestabilan kondisi umat di bawah (grassroot) yang menjadi tanggungjawabnya. Meski berbagai stereotip bakal menimpa, ia tak memedulikannya.

Baginya, yang terpenting—dalam berpolitik—adalah berorientasi pada kemaslahatan dan berguna bagi banyak orang. Karenanya, tidak (perlu) harus ngotot dan kaku dalam bersikap, sehingga umat senantiasa terjaga kesejahteraan fisik dan spiritualnya. Apalagi di masa itu kondisi politik sedang mengalami banyak tekanan keras dari pihak penguasa dan partai politik radikal semacam PKI dengan gerakan reformasi agraria (land reform) dan pemberontakannya.
Strategi politik tersebut dilandaskan pada tiga prinsip. Pertama, lebih menekankan sikap hati-hati, luwes dan memilih jalan tengah ketimbang sikap memusuhi dan konfrontasi yang justru membahayakan kepentingan umat. Kedua, politik yang memperhitungkan kekuatan umatnya di hadapan kekuatan rezim atau kekuatan lain di tengah masyarakat. Ketiga, dengan menggunakan pendekatan partisipatoris terhadap pemerintah sehingga mampu memengaruhi kebijakan penguasa demi kemaslahatan umat.

Dalam kaitan ini, Idham memandang bahwa NU harus ikut andil dalam kekuasaan sebagai kekuatan penyeimbang. Cara ini dianggap lebih tepat ketimbang berada di luar kekuasaan yang justru lebih menyulitkan untuk bergerak. Hal ini, misalnya, terlihat ketika ia mengompromikan langkah pemerintah pada masa Orde Lama dengan Demokrasi Baru. Akan tetapi, ketidakmengertian tentang arah politik Idham tersebut, menyebabkannya harus tersingkir dan ter(di)lupakan begitu saja.

Karena itu, kehadiran buku ini tentu saja dapat membuka tabir tersembunyi atau sisi senyap pemikiran seorang Idham, sekaligus menambah deretan mozaik langkah para politisi NU dalam kancah politik yang kurang banyak diungkap ke permukaan. Selain itu, buku ini juga dapat digunakan sebagai rujukan jejak politik tokoh-tokoh politik NU dalam mewujudkan strategi politik di masa lampau seiring semakin maraknya para ulama masa kini yang masuk ke ruang politik ketimbang ruang keumatan.

Di samping itu, nilai tambah buku ini adalah, Ahmad Muhajir juga melakukan tinjauan terhadap literatur-literatur ilmiah tentang Idham Chalid, seraya menyediakan gambaran bagaimana Idham dipotret oleh para sarjana Indonesia dan Barat. Akan tetapi, bagian utama dari teks ini dipersembahkan untuk menjelaskan dan menganalisis pemikiran politik keagamaan Idham, terutama yang berhubungan dengan sikap-sikap NU dalam merespon Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin. Muhajir memusatkan diri pada penafsiran Idham mengenai konsep syura serta bagaimana tafsiran itu digunakan untuk menjustifikasi penerimaan ideologi semi-otoriter Demokrasi Terpimpin.
Namun demikian, sekalipun bersimpati dalam menggambarkan sang tokoh, Muhajir tetaplah kritis. Sebagai sesama orang Banjar, tentu saja Muhajir memiliki wawasan budaya dan akses kepada sumber-sumber yang tidak dipunyai para sarjana terdahulu. Dia meneliti literatur klasik mengenai syura dan membandingkannya dengan penafsiran yang lebih kontemporer, sebelum berargumen bahwa tulisan-tulisan Idham mengenai konsep ini dipengaruhi oleh situasi politik yang dihadapi NU pada akhir 1950-an.
Praktis, buku setebal 169 ini layak dibaca siapa saja sebagai suatu permulaan bagi perdebatan yang lebih dalam mengenai kiprah Idham Chalid dan perannya dalam sejarah perpolitikan NU. Semoga!
*Peresensi adalah Penikmat Buku dan Kontributor Jaringan Islam Kultural
Sumber: www.nu.or.id

Sabtu, 16 Mei 2009

TAK ADA YANG ABADI, BERSIAPLA PARA PENGGANTI

Foto diatas adalah foto waktu gw nge-MOS anak kelas X angkatan 2008-2011, tepatnya kelas X-I, hari terus berganti. Tak terasa kini gw harus meninggalkan SMAN 3 Jakarta, sekolah yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berkesan..Tak terasa pula gw yang dulu nge-MOS sekarang akan di-MOS hhee..good bye SMAN 3 Jakarta, good bye junior yang gw banggakan teruskan perjuangan kami untuk memajukan SMAN 3 Jakarta, good bye....Jaya- jayalah SMA 3 untuk selama-lamanya!

"TAK ADA YANG ABADI, BERSIAPLAH PARA PENGGANTI"

Kamis, 14 Mei 2009

Tersangkut di Tiang


Kamis, 14 Mei 2009....


Seperti biasa gw bangun pagi hari pukul 05.00 WIB...

hari ini dijadwalkan jam 8 akan ada briefing bwat Buku Tahunan Sekolah dan gw juga ada janji dengan Indah (JUNIOR MPK), KETUM MPK 2009-10 bwat minjemin jaket..


nAmun hujan turun dengan deras, jadi gw baru berangkat ke 3 pukul 10-an abis ujan..

wuiih kondisi jalan jakarta saat itu macet..karena terburu buru maka saya mencoba naik trotoar( maaf agak melanggar, baru pertama kali ko)..tiba2 diujung trotoar terdapat tiang2 gitu dan jarak antara jalan dan trotoar sangat tinggi..mau mundur gengsi gw..akhirnya gw terobos aja tuh tiang2...dan sreeeeetttt Honda Beat gw tersangkut di tiang tersbut tapi gw paksa ja masuk dan berhasil walaupun Beat tercinta baret2(maaf ya blue beat)langsung gw cabutt sekenceng mungkinn deh dengan prasaan yg bercampur aduk...


Kini nyesel gw ngeliat Beat gw yg udah kyk hewan pliharaan gw baret..akibat kekonyolan gw tuh hhee..


"MOHON JANGAN DITIRU TINDAKAN INI DI RUMAH"


Kamis, 07 Mei 2009

Jum'at,8 Mei 2009.Hari Terakhir di Kelas XII IPS A


Jum'at, 8 Mei 2009
Hari berganti hari, bulan berganti bulan tak terasa sudah satu tahun saya berada di kelas XII IPS A, SMAN 3 JAKARTA....Kelas yang sangat penuh kisah2 tak terlupakan..kelas yang mempunyai wali kelas yang amat sabar hhe..kelas yang mempunyai kekompakan dalam menghadapi ujian..kelas yang penuh dengan kegembiraan.. mulai dari kegiatan ngumpetin tas/barang temen sampai cabut bersama..
Kini tinggal menghadapi Ujian sekolah hari Senin nanti..
Ayo semangat, XII IPS A..

Selasa, 05 Mei 2009

Nasib Para Peserta Olimpiade Sains dari Indonesia

Indonesia memang terus meraih medali mulai dari emas, perak dan perunggu dalam Olimpiade Sains Internasional, namun setelah lulus dari Sekolah Menengah banyak para peraih medali seakan tenggelam ditelan bumi, tidak diperhatikan lagi oleh pemerintah (DEPDIKNAS). Selain peserta OSI yang tenggelam ditelan bumi, adapula para Peserta OSN tingkat Provinsi ataupun Tingkat Kotamadya.
Para peserta OSN tingkat Propinsi lebih tragis lagi nasibnya, mereka tidak mendapatkan penghargaan sama sekali,(saya peserta OSN Kebumian 2008 Propinsi DKI Jakarta dari Jakarta Selatan) padahal kami mengharapkan setidaknya mendapatkan piagam penghargaan yang membukikan kami telah berpartisipasi dalam kegiatan yang membawa nama daerah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa para peserta hanya diandalkan dalam waktu tertentu setelah itu dilupakan...jika ini dibiarkan terus bisa menyebabkan tidak termotivasi untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Mudah-mudahan para pejabat berwenang segera tanggap tentang situasi tersebut, jangan hanya memperjuangkan dana anggaran Pendidikan yang besar tetapi implementasi dari dana tersebut tidak tahu kemana larinya...
"UNTUK INDONESIA RAYA TERCINTA"

Sabtu, 02 Mei 2009

BIOGRAFI K.H.IDHAM CHALID

BIODATA
Nama : KH. Dr. Idham Chalid
Lahir : Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921
Alamt: Jalan Fatmawati,Komp.Darul Ma'arif Jakarta Selatan
Jabatan Penting :

Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU)
Ketua Partai Masyumi
Pendiri/Ketua Partai NU
Pendiri/Ketua Partai Persatuan Pembangunan ( PPP)
Wakil Perdana Menteri Indonesia
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan MPR
Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan I (1968-1973)
Menteri Sosial
Tim Penasehat Presiden, Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)

PENGHARGAAN: Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar University, Kairo, Mesir

BIOGRAFI

KH Idham Chalid kelahiran Satui, Kalimantan Selatan, 27 Agustus 1921, seorang ulama dan politikus pelaku filosofi air. Dia seorang tokoh Indonesia yang pernah menjadi pucuk pimpinan di lembaga eksekutif, legislatif dan ormas (Wakil Perdana Menteri, Ketua DPR/MPR, dan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama). Juga pernah memimpin pada tiga parpol berbeda yaitu Masyumi, NU dan PPP.

Laksana air, peraih gelar Doktor Honoris Causa dari Al-Azhar University, Kairo, ini seorang tokoh nasional, yang mampu berperan ganda dalam satu situasi, yakni sebagai ulama dan politisi. Sebagai ulama, ia bersikap fleksibel dan akomodatif dengan tetap berpegang pada tradisi dan prinsip Islam yang diembannya. Demikian pula sebagai politisi, ia mampu melakukan gerakan strategis, kompromistis, bahkan pragmatis. Dengan sikap dan peran ganda demikian, termasuk kemampuan mengubah warna kulit politik dan kemampuan beradaptasi terhadap penguasa politik ketika itu, ulama dari Madrasah Pondok Modern Gontor, ini tidak kuatir mendapat kritikan dan stereotip negatif sebagai tokoh yang tidak mempunyai pendirian, bunglon bahkan avonturir.

Peran ganda dan kemampuan beradaptasi dan mengakomodir itu kadang kala membuat banyak orang salah memahami dan mendepksripsi diri, pemikiran serta sikap-sikap socio-polticnya.

Namun jika disimak dengan seksama, sesungguhnya KH Idham Chalid yang berlatarbelakang guru itu adalah seorang tokoh nasional (bangsa) yang visi perjuangannya dalam berbagai peran selalu berorientasi pada kebaikan serta manfaat bagi umat dan bangsa.
Dengan visi perjuangan seperti itu, pemimpin NU selama 28 tahun (1955-1984), itu berpandangan tak harus kaku dalam bersikap, sehingga umat selalu terjaga kesejahteraan fisik dan spiritualnya. Apalagi situasi politik di masa demokrasi terpimpin dan demokrasi Pancasila, tidak jarang adanya tekanan keras dari pihak penguasa serta partai politik dan Ormas radikal.

Sebagaimana digambarkannya dalam buku biografi berjudul "Idham Chalid: Guru Politik Orang NU" yang ditulis Ahmad Muhajir (Penerbit Pustaka Pesantren, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Juni 2007) bahwa seorang politisi yang baik mestilah memahami filosofi air.

"Apabila air dimasukkan pada gelas maka ia akan berbentuk gelas, bila dimasukkan ke dalam ember ia akan berbentuk ember, apabila ia dibelah dengan benda tajam, ia akan terputus sesaat dan cepat kembali ke bentuk aslinya. Dan, air selalu mengalir ke temapat yang lebih rendah. Apabila disumbat dan dibendung ia bisa bertahan, bergerak elastis mencari resapan. Bila dibuatkan kanal ia mampu menghasilkan tenaga penggerak turbin listrik serta mampu mengairi sawah dan tanaman sehingga berguna bagi kehidupan makhluk di dunia. (Hal 55)
Sebagai ulama dan politisi pelaku filosofi air, Idham Chalid dapat berperan sebagai tokoh yang santun dan pembawa kesejukan. Apresiasi ini sangat mengemuka pada acara peluncuran buku otobiografi: "Napak Tilas Pengabdian Idham Chalid: Tanggung Jawab Politik NU dalam Sejarah", di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis 6 Maret 2008.

Buku otobiografi Idham Chalid itu diterbitkan Yayasan Forum Indonesia Satu (FIS) yang dipimpin Arief Mudatsir Mandan, yang juga anggota Komisi I DPR dari PPP, juga selaku editor buku tersebut. Idham Chalid sendiri tengah terbaring sakit di rumahnya Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan.

“Saya kira tidak ada tokoh yang bisa seperti beliau. Ketokohannya sangat menonjol, sehingga pernah memimpin partai politik pada tiga parpol berbeda yaitu Masyumi, NU dan PPP,” kata Wapres Jusuf Kalla mengapresiasi sosok Idham Chalid, saat memberi sambutan pada acara peluncuran buku tersebut.

”Beliau itu moderat, bisa diterima di ’segala cuaca’, berada di tengah, oleh sebab itu ia bisa diterima di mana-mana. Ia berada di tengah titik ekstrem yang ada,” ujar Kalla dihadapan sejumlah undangan, antara lain Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Ketua DPR Agung Laksono, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, dan sejumlah anggota kabinet dan DPR.

Menurut Jusuf Kalla, sikapnya yang moderat hanya bisa dijalankan oleh orang yang santun. "Hanya orang santunlah yang bisa bersikap moderat,” puji Jusuf Kalla untuk menegaskan bahwa Idham Chalid merupakan sosok ulama dan politisi yang moderat dan santun. Itulah sebabnya, ia bisa diterima di berbagai era politik dan kepemimpinan bangsa.
Menurut Wapres, jika berada di titik yang sama ekstremnya, maka selain demokrat, sosok politik orang yang menjalani itu sudah pasti santun. ”Karena itu, sikap yang santun bisa menjaga suasana kemoderatan,” katanya.
Idham Chalid yang memulai karir politik dari anggota DPRD Kalsel, seorang ulama karismatik, yang selama 28 tahun memimpin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pernah menjadi Wakil Perdana Menteri pada era pemerintahan Soekarno, Menteri Kesejahteraan Rakyat dan Menteri Sosial pada era pemerintahan Soeharto dan mantan Ketua DPR/MPR. Idham juga pernah menjadi Ketua Partai Masyumi, Pendiri/Ketua Partai Nahdlatul Ulama dan Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sementara itu, editor buku, Arief Mudatsir Mandan, mengemukakan, Idham Chalid satu-satunya Ketua Umum PBNU yang paling lama dan bukan ”berdarah biru” NU. Menurutnya, selama kepemimpinan Idham, NU tidak pernah bergejolak. Kendati ia sering dinilai lemah, tetapi sebenarnya itulah strateginya sehingga bisa diterima berbagai zaman,” ujar Arief Mudatsir Mandan.